MotifBatik - Motif batik megamendung merupakan motif batik dengan
pola awan yang berasal dari Cirebon. Kepopuleran batik megamendung juga
mengangkat kota Cirebon salah satu sentra batik di Jawa Barat. Dibalik motif
awan ternyata batik megamendung mengandung filosofi yang mendalam di setiap
motifnya. Sebelum kita mengulas lebih dalam makna dibalik motif mega mendung
kita pelajari dulu sejarah akan batik megamendung
Sejarah Motif Batik Megamendung
Sejarah munculnya motif batik
megamendung di Cirebon berawal dari kedatangan bangsa China. KEdatangan bangsa
China ini membuat wawasan warga pribumi semakin bertambah berbagai seni kesenian
dari China kemudian ditularkan seperti pembuatan keramik, piring dan pembuatan
motif kain.
Pada budaya China motif awan
memiliki makna yang melambangkan nirwana sebagai dunia yang luas, abadi, bebas
dan bermakna transidental konsep ketuhanan. Awan juga direpresentasikan oleh
kaum sufi sebagai ungkapan yang sama yaitu konsep luas dan bebas.
Ditangan para pengrajin batik Cirebon,
mereka membuat motif batik awan tersebut dalam wujud kain batik dan sekarang
motif tersebut dikenal sebagi motif batik megamendung. Meskipun inspirasi motif
ini berasal dari China, batik megamendung dengan kain motif awan khas China
terdapat sedikit perbedaan. Jika kain
motif awan China memiliki garis awan berbentuk bulatan atau lingkaran, berbeda
dengan batik mega mendung cirebon, yang motif awan berupa garis awan yang
cenderung lancip, lonjong, dan segitiga.
Sejarah lain menuliskan bahwa
pertumbuhan batik cirebon pun bersangkutan dengan sejarah pertumbuhan gerakan
kaum tarekat yang menghamba di keraton cirebon sebagai sumber pendapatan untuk
mendanai kumpulan tarekat tersebut. Kelompok itu tinggal di desa trusmi yang
terletak 4 km dari keraton cirebon.
Makna dan Filosofi Motif Batik Megamendung
Motif batik megamendung
menggambarkan format sekumpulan awan di langit. Konon menurut keterangan dari
sejarah Cirebon, motif ini terbentuk saat seseorang melihat format awan pada
genangan air sesudah hujan dan cuaca saat tersebut sedang mendung. Sehingga
seseorang tersebut menuangkan idenya guna menggambar awan yang sudah di lihat
melewati genangan air itu dengan format awan yang bergelombang.
Oleh karena itu, terbentuklah
motif Mega Mendung (Mega= Awan, Mendung=cuaca yang sejuk/adem) dengan warna
dasar merah dan awan yang berwarna biru dengan tujuh gradasi warna sebagai
warna orisinilnya yang familiar dari Cirebon.
Arti dan filosofi motif Mega Mendung
merupakan awan yang muncul saat cuaca sedang mendung. Di samping arti, motif
Mega Mendung pun mempunyai makna atau filosofi bahwa setiap insan harus dapat
meredam amarah/emosinya dalam kondisi dan situasi apapun, dengan kata lain,
hati insan diharapkan dapat tetap ‘adem’ meskipun dalam suasana marah, laksana
halnya awan yang hadir saat cuaca mendung yang bisa menyejukkan keadaan di
sekitarnya.
Kemudian arti dari warna batik
Mega Mendung ini merupakan emblem dari seorang pemimpin dan awan biru sebagai
sifat seorang pemimpin yang mesti dapat mengayomi semua masyarakat yang
dipimpinnya. Beralih untuk gradasi warna yang sedang di ornamen awannya,
gradasi pribumi dari batik Mega Mendung ini ialah tujuh gradasi yang maknanya
dipungut dari lapisan langit yang mempunyai 7 lapis, begitupun bumi yang
tersusun atas 7 lapisan tanah, dan jumlah hari dalam seminggu sejumlah 7
hari. Batik motif Mega Mendung memang nampak sederhana, akan namun motif
ini dalam bakal makna/ filosofi yang dimilikinya.
Sebagai ekstra informasi supaya
tidak salah kaprah dengan arti gradasi warna, bahwa kini gradasi warna batik
Mega Mendung sudah disesuaikan dengan keperluan pasar. Sehingga, gradasinya
bisa dikurangi atau diminimalkan menjadi 3-5 gradasi cocok pesanan. Bahkan
telah ada pun batik Mega Mendung yang sengaja tidak diberi gradasi warna pada
motif awannya sebab tuntutan yang diperlukan oleh pasar.
Batik megamendung kini sudah
menjadi salah satu motif batik paling populer di tanah air maupun mancanegara.
Keelokan batik motif megamendung juga sudah mengangkat Cirebon sebagai centra
batik di pesisir utara pulau jawa yang tak kalah dengan batik Jogja, Solo
maupun Pekalongan.
0 Komentar